1. Sumber Daya Ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi
pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu
sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam
(natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia
yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai
modal dasar pembangunan (ekonomi) wilayahtingkat ketergantungan terhadap
sumberdaya secara struktural harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam
lain.
Kasus persolan yang sifatnya nasional (warisan rejim lama) dan juga
persoalan-persoalan baru yang muncul dari pelaksanaan Otonomi Daerah
yang “sembrono”, fenomena globalisasi ekonomi juga akan sangat
berpengaruh besar terhadap prospek nilai-nilai budaya lokal dan kearifan
tradisional sebagai landasan penguatan kelembagaan lokal dalam
pengelolaan sumberdaya dan keanekaragaman hayati. Globalisasi ini
menjadi perlu dicermati sebagai tahapan lanjut dari periode
pembangunanisme yang dianut oleh Rejim Otoriter-Militeristik Orde Baru
yang nyata-nyata telah menghancur-leburkan ekosistem-ekosistem penting
Indonesia serta memporak-porandakan pranata-pranata ada/lokal yang
selama ratusan tahun menjadi penjaga dan pengelola sebagian besar dari
ekosistem-ekosistem tersebut. Perjalanan pembangunan di Indonesia
mencatat banyak sekali penggusuran dan penindasan yang menyedihkan bagi
berbagai kelompok masyarakat, khususnya masyarakat adat, yang diwarnai
oleh tindakan-tindakan kekerasan negara dan sekaligus memfasilitasi
kekerasan horizontal antar kelompok masyarakat.
Kalau ditelusuri lebih jauh, maka pembangunan yang umumnya dianut
oleh negara-negara berkembang adalah industrialisasi. Sebagai negara
yang kaya sumber daya alam, Indonesia pun mengembangkan industri yang
berbasis sumber daya alam. Celakanya, sebagian besar sumber daya lalam
ini, secara tradisional sudah ada penguasa dan pemiliknya, yaitu
masyarakat adat, yang juga memiliki kepentingan yang lebih luas atas
sumber daya tersebut. Nilai-nilai, ide dan konsep pembangunan itu memang
diimpor atau diadopsi dari “barat”. Pembangunan adalah kata lain dari
modernisasi. Dari sini muncullah anggapan dan keyakinan baru di
masyarakat bahwa jiwa Indonesia ini kita inginkan menjadi negara
modren,maka segala sesuatu yang tradisional(lisan) harus dibuang karena
dianggap terbelakang dan menghambat pembangunan. Paradigma modernisasi
demikian, langsung dan tidak langsung, telah menyudutkan dan melemahkan
posisi masyarakat adat itu sendiri dengan menempatkan tradisi dan
nilai-nilai asli bangsa ini menjadi sesuatu yang jelek (inferior)
terhadap nilai-nilai “barat” yang modern sebagai sesuatu yang baik
(superior).
Dengan cara yang berkembang demikian, bahkan banyak di antara
masyarakat adat sendiri sering melupakan bahwa mereka memiliki kekuatan
(pengetahuan, teknologi, pranata adat) untuk melaksanakan dengan
sungguh-sungguh program “pembangunan” yang memuliakan hidup mereka, atau
sebaliknya melakukan perlawanan atas program “pembangunan” yang tidak
diinginkan. Sebagai konsep yang diadopsi dari “barat”, nilai yang
terkandung dalam pembangunan kita, yang juga dianut oleh globalisasi
ekonomi, berakar pada individualisme yang, dalam banyak hal,
bertolak-belakang dari prinsip dasar komunitas-komunitas masyarakat adat
di Indonesia umumnya yang komunalistik dan kolektif baik dalam hal
penguasaan sumberdaya maupun dalam upaya pengelolaannya untuk keadilan
dan kesejahteraan bersama.
2. Sumber Daya Sementara
a.Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh:
Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan
pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
b.Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu
leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food.
3. Sumber Daya Kognitif
adalah kepemimpinan teori psikologi industri dan organisasi yang
dikembangkan oleh Fred Fiedler dan Joe Garcia pada tahun 1987 sebagai
konseptualisasi dari model kontingensi Fiedler . Teori ini berfokus pada
pengaruh pemimpin intelijen dan pengalaman tentang nya atau reaksinya
terhadap stres .
Inti dari teori ini adalah bahwa stres adalah musuh rasionalitas,
merusak kemampuan pemimpin untuk berpikir logis dan analitis. Namun,
pengalaman pemimpin dan kecerdasan dapat mengurangi pengaruh stres pada
(atau dia) nya tindakan: kecerdasan adalah faktor utama dalam situasi
stres rendah, sementara jumlah pengalaman selama lebih selama-saat
stres.
Contoh Kasus :
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan
oleh stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang
ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan
atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan
pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus.
Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar
sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran,
untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan
kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses
internal dalam berfikir, yakni proses pengelolaan informasi.
Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu
akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah
informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja
seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis
dan cara pemberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana
sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan
digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh
karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang
menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan
pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan di dalam pikirannya secara
efektif.
4. Pengetahuan Organisasi
Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian.
Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan
membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal
tersebut.
Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen
mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait
dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
(1) Pengetahuan tentang karakteristik/atribut produk
(2) Pengetahuan tentang manfaat produk
(3) Pengetahuan tentang kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
(1) Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
(2) Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk.
Mengukur Pengetahuan
Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam
ingatan. Pemasar khususnya tertarik untuk mengerti pengetahuan konsumen.
Informasi yang dipegang oleh konsumen mengenai produk akan sangat
mempengaruhi pola pembelian mereka.
Di dalam Psikologi kognitif dijelaskan bahwa ada dua jenis pengetahuan
dasar, yaitu pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif melibatkan fakta subjektif yang sudah diketahui.
Pengetahuan deklaratif sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu
pengetahuan episodik (melibatkan pengetahuan yang dibatasi dengan
lintasan waktu) dan pengetahuan semantik (mengandung pengetahuan yang
digeneralisasikan dan memberi arti bagi dunia seseorang). Sedangkan
pengetahuan prosedural mengacu pada pengertian bagaimana fakta ini dapat
digunakan. Fakta ini juga bersifat subjektif dalam pengertian fakta
tersebut tidak perlu sesuai dengan realitas objektif.
Contoh Kasus:
Seorang konsumen yang sedang menjalankan proses diet dan ingin
memutuskan untuk membeli makanan ringan. Sebelum memutuskan untuk
melakukan pembelian, konsumen cenderung melihat ingredients atau
komposisi yang terdapat dalam produk makanan ringan tersebut. Setelah
memperoleh informasi yang positif terhadap produk tersebut, konsumen
biasanya langsung mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar